Mengapa Sebuah Negara Mengimpor dan Mengekspor Produk Yang Sama?
Dengan globalisasi seperti yang terjadi sekarang ini, nyaris seluruh negara di dunia menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (open economy). Kebijakan ini memungkinkan negara tersebut melakukan transaksi jual beli aka ekspor impor dengan negara lain.
Secara teoritis sebuah negara akan mengekspor barang atau jasa yang di negara tersebut terdapat kelebihan supply. Sebaliknya negara itu akan mengimpor komoditas yang tidak diproduksi oleh produsen di negara tersebut.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwasanya sebuah negara akan mengimpor komoditas yang sudah diproduksi secara nasional dan mengekspor komoditas yang juga diimpor oleh negara tersebut. Ada beberapa alasan mengapa kedua hal tersebut bisa terjadi. Alasan alasan tersebut adalah:
1. Biaya produksi dalam negeri lebih mahal daripada biaya impor
Jika anda mengamati, saat ini banyak drama asal Korea Selatan yang ditayangkan oleh kanal televise nasional Indonesia. Sebagaimana produk lain, drama Korea juga merupakan produk impor, karena untuk menayangkan drama Korea secara masal diperlukan untuk membeli hak penayangan.
Drama Korea dikenal memiliki kualitas yang baik baik itu dari segi cerita maupun dari segi teknis. Indonesia bisa saja membuat tayangan sinetron yang memiliki kualitas yang sama dengan drama Korea, akan tetapi untuk membuat tayangan sedemikian rupa diperlukan biaya produksi yang lebih besar daripada biaya pembelian hak tayang. Belum lagi drama Korea juga sudah memiliki pangsa pasar tersendiri yang relatif setia.
2. Produksi dalam negeri belum mampu mencukupi permintaan dalam negeri
Indonesia adalah negara berpenduduk terbanyak nomor 4 di dunia dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta. Dengan jumlah tersebut tentunya Indonesia memiliki kapasitas permintaan yang besar pula, terutama untuk produk primer yaitu sandang, pangan dan papan.
Negeri ini memang memiliki lahan persawahan yang luas. Akan tetapi produksi beras yang dihasilkan dari lahan persawahan yang dimiliki Indonesia masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia sepanjang tahun.
Menurut data yang dipublikasikan dalam laman berita cnbc.com[i] pada tahun 2018, konsumsi beras masyarakat Indonesia terbilang relatif konstan diangka 2,43 hingga 2,51 juta ton namun produksi beras Indonesia fluktuatif.
Jumlah produksi beras Indonesia mencapai puncaknya pada bulan Maret 2018 dengan jumlah produksi 5,42 juta ton. Jumlah produksi ini lantas menurun hingga mencapai titik minimum pada angka 1,22 juta ton pada bulan desember tahun tersebut.
Pada bulan bulan akhir tahun inilah pemerintah Indonesia mulai mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat. Pada tahun 2018, pemerintah RI mengimpor beras sebanyak 2 juta ton. Angka tersebut jauh lebih besar daripada jumlah impor beras RI pada tahun 2019 yang hanya sejumlah 444 ribu ton [ii](BPS:2020).
Kasus nomor dua ini juga dapat diaplikasikan untuk menggambarkan alasan mengapa Indonesia mengimpor kopi padahal kopi hasil petani petani Indonesia sendiri merupakan kopi kualitas terbaik di kelasnya.
3. Supply produk yang bervariasi
Dengan adanya globalisasi dan internet, anda bisa mencoba komoditas yang tidak diproduksi oleh produsen di negara anda sendiri dan menjadikannya produk paling favorite dalam hati anda.
Kembali ke contoh kopi. Indonesia bisa jadi memproduksi kopi dengan kualitas terbaik seperti kopi Gayo, kopi Toraja, kopi Kintamani dan lain lain. Tetapi bisa saja dibanding dengan kopi kopi jenis tersebut, kopi Jamaika yang memang khas negara Amerika tengah tersebut.
Dengan demikian mau tidak mau anda mengimpor komoditas yang ‘sama’ dengan komoditas yang di ekspor Indonesia.
4. Membeli komoditas impor lebih memiliki gengsi
Selain faktor variasi, bisa jadi faktor prestige juga menjadi alasan mengapa konsumen memilih produk impor padahal negaranya sendiri memproduksi komoditas yang sama. Contohnya sebut saja dengan produk fashion.
Masyarakat Indonesia banyak yang memproduksi produk pakaian, sepatu dan tas dengan kualitas baik. Sebut saja sentra industri Cibaduyut di Bandung. Akan tetapi secara branding dan prestige, masyarakat Indonesia cenderung memandang brand brand dari luar negeri seperti Uniqlo, Nike atau Adidas lebih bergengsi daripada sepatu produksi Cibaduyut.
5. Perbedaan gaya produk bisa jadi diminati oleh pasar yang berbeda pula
Beberapa waktu lalu, lagu Lathi karya Weird Genius menjadi sensasi di media sosial. Lagu bergenre EDM ini tidak hanya dinikmati oleh penggemar EDM tanah air melainkan juga negara negara tetangga seperti Malaysia dan Filipina. Sehingga lagu ini dapat disebut sebagai ‘komoditas’ ekspor.
Lagu ini bisa saja dinikmati oleh penggemar EDM di Indonesia tetapi belum tentu lagu ini dinikmati oleh pendengar yang lebih suka genre lain, genre rock misalnya. Untuk musik genre terakhir mungkin daripada mendengarkan Lathi, mereka lebih akan mendengarkan lagu lagu ‘impor’ yang bergenre Rock seperti lagu lagu milik Band Queen atau Linkin Park.
Itulah kelima alasan mengapa banyak negara di dunia ini mengimpor komoditas yang sebenarnya mereka produksi sendiri dan bahkan mereka ekspor juga. Terlepas dari gap antara supply dan demand, alangkah lebih baik jika kita mengonsumsi barang produksi dalam negeri ya.
Karena kualitas barang dalam negeri sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kualitas barang impor. Selain itu mengkonsumsi produk dalam negeri juga turut membantu pemerintah Indonesia untuk mengurangi kemiskinan di negeri ini. Jadi, jangan lupa beli produk dalam negeri.
[i] https://www.cnbcindonesia.com/news/20190131162553-4-53339/soal-jokowi-hobi-impor-beras-kemendag-keluarkan-data-baru. Di akses pada tanggal 8 November 2020.
[ii] https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1043/impor-beras-menurut-negara-asal-utama-2000-2019.html. Di akses pada tanggal 8 November 2020.
Artikel Terkait
- Ini Cara Meningkatkan Produktivitas Demi Hidup yang Lebih Baik
- Apa itu Ekonomi Tradisional?
- Keuntungan Dan Kerugian Globalisasi
- Mengapa Banyak Usaha Kecil Yang Gagal?
Demikianlah artikel tentang alasan mengapa sebuah negara mengimpor dan mengekspor produk yang sama, semoga bermanfaat bagi Anda semua.